Pengertian Outline (Kerangka
karangan)
Berikut ini
pengertian dari outline (kerangka karangan) adalah sebagai berikut :
1.
Pengertian Outline
Pengertian Outline menurut
bahasa adalah : kerangka, regangan, gari besar, atau guratan. Jadi Outline
merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan
yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara
sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
2.
Pengertian Karangan
Karangan merupakan karya tulis
hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya
melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang
umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi.
3.
Pengertian Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah rencana
teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Kerangka karangan yang belum
final di sebut outline sementara sedangkan kerangka karangan yang sudah
tersusun rapi dan lengkap disebut outline final.
Kerangka karangan merupakan suatu
rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan
yang akan ditulis atau dibahas, susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama
dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan, atau dapat juga didefinisikan
sebagai satu metode dalam pembuatan karangan yang mana topiknya dipecah kedalam
sub-sub topik dan mungkin dipecah lagi kedalam sub-sub topik yang lebih
terperinci.
Manfaat Outline (Kerangka Karangan)
1.
Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual,
menyeluruh, dan terarah.
2.
Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka
karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang,
sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara
gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan
dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
3.
Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang
berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu.
Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah
bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap
bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat
terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan
bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang
berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
4.
Menghindari penggarapan topik dua kali atau
lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih,
sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik
sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek
yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka
pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang
diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal
yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik
lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang
tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi
akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian
tadi.
5.
Memudahkan penulis mencari materi pembantu.
Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan
dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau
membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan
dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat
menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa
yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat
wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan
merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur
ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara
menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.
Pola Susunan Outline (Kerangka
Karangan)
Secara garis
besar, pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola alamiah dan pola
logis, berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan kerangka karangan.
1.
Pola Alamiah
Merupakan suatu urutan unit–unit kerangka karangan
sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Disebut pola alamiah karena memakai
pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang esensial. Pola alamiah mengikuti
keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu.
Pola alamiah dapat terbagi menjadi 3 yaitu :
a.
Kronologis (waktu)
Urutan
yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Biasanya
tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya
:
Topik
(riwayat hidup seorang penulis)
-
asal usul penulis
-
pendidikan si penulis
-
kondisi kehidupan penulis
-
keinginan penulis
-
karir penulis
b.
Spasial (ruang)
Landasan
yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat
erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam
tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif .
Contohnya
:
Topik
(hutan yang sering mengalami kebakaran)
-
Di daerah Kalimantan
-
Di daerah Sulawesi
-
Di daerah Sumatra
c.
Topik yang ada
Suatu
pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan
berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan
bagian–bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau
tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan
itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan
atas bagian–bagiannya itu.
2.
Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk
menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan
atau urutan logis . Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu
ciri yang intern dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan
berdasarkan jalan pikir atau cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu
berdasarkan logika. Pola logis dapat dibagi menjadi 6, yaitu :
a.
Klimaks dan Antiklimaks
Urutan
ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu
dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang
paling menonjol.
Contoh
:
Topik
(turunnya Suharto)
-
Keresahan masyarakat
-
Merajalela nya praktek KKN
-
Keresahan masyarakat
-
Kerusuhan social
-
Tuntutan reformasi menggema
b.
Kausal
Mencakup
dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab . Pada
pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan
dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi.
Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan
persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh
:
Topik
(krisis moneter melanda tanah air
-
Tingginya harga bahan pangan
-
Penyebab krisis moneter
-
Dampak terjadi krisis moneter
-
Solusi pemecahan masalah krisis moneter
c.
Pemecahan Masalah
Di
mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum
atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang
mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya
alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh
:
Topik
(virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya
-
Apa itu virusH1N1
-
Bahaya virus H1N1
-
Cara penanggulangannya
d.
Umum
khusus
Dimulai
dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan
secara terperinci (khusus).
Contoh
:
Topik
(pengaruh internet)
1.
Para pangguna internet
-
Anak–anak
-
Remaja
-
Dewasa
2.
Manfaat internet
-
Media informasi
-
Bisnis
-
Jaringan social
-
Dan lain–lain
e.
Familiaritas
Urutan
familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian
berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di
kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan
mempergunakan analogi.
f.
Akseptabilitas
Urutan
akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas
mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh
pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di
terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak
oleh para pembaca
Macam-macam Outline (Kerangka
Karangan)
1.
Berdasar Sifat Rinciannya:
a.
Kerangka Karangan Sementara / Non-formal
Cukup
terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:
-
Topiknya tidak kompleks
-
Akan segera digarap
b.
Kerangka Karangan Formal:
Terdiri
atas tiga tingkat, dengan alasan:
-
Topiknya sangat kompleks
-
Topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap
Cara
kerjanya:
Rumuskan
tema berupa tesis, kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan
untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut.
Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan
Formal.
Contoh
keranka karangan formal, perhatikan contoh dibawah ini :
Topik
: Penggunaan kompor briket batubara
Judul
: Dilema Penggunaan Kompor Briket Batubara dan Penanggulangannya
Tujuan
: Memperoleh jalan keluar dari dilema penggunaan kompor briket batubara dengan
meningkatnya pencemaran
Rumusan
Masalah : Upaya apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar tanpa
menimbulkan masalah baru.
Aspek
yang diteliti :
-
kebutuhan bahan bakar masyarakat Indonesia
-
sumber bahan bakar di Indonesia
-
cadangan bahan bakar di Indonesia
-
kenyataan yang terjadi di masyarakat saat ini
berkaitan dengan kebutuhan dan penggunaan bahan bakar batubara sebagai bahan
bakar alternatif
-
efek negatif batubara sebagai bahan bakar
alternatif
-
jalan
keluar atas dilema penggunaan kompor briket batubara
Metode Penelitian :
Studi pustaka survey melalui
wawancara dan penyebaran angket
2.
Berdasar Perumusan Teksnya
a.
Kerangka Kalimat
b.
Kerangka Topik
c.
Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka
Topik
Syarat Kerangka Karangan yang baik
1.
Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas,
kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Kemudian buatlah tesis atau pengungkapan
maksud.
2.
Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan,
maka unit tersebut harus dirinci.
3.
Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus
disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
4.
Harus menggunakan simbol yang konsisten.
Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal
untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam
mengembangkan karangan.
Langkah-langkah menyusun karangan
satu per satu:
1.
Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau
pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan.
Judul adalah kepala karangan. Misalkan tema
cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan
judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan
ditulis.
2.
Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan
eksistensi tulisan, banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis
mempunyai cara masing - masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3.
Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih
bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi
tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
Berikut ini
petunjuk – petunjuknya :
1.
Catat hal penting semampunya.
2.
Jadikan
membaca sebagai kebutuhan.
3.
Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan
ilmiah.
4.
Membuat kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah
menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum
tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. kerangka ini merupakan
catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai
tahap yang sempurna.
Berikut
fungsi kerangka karangan :
a.
Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar
teratur dan sistematis
b.
Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap
permasalahan
c.
Membantu menyeleksi materi yang penting maupun
yang tidak penting
Tahapan
dalam menyusun kerangka karangan :
a.
Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan
adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul).
b.
Mengatur urutan gagasan.
c.
Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab
dan subbab.
d.
Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis karena
bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan
karangan. (karangan tidak mengalir).
Mengembangkan
kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan
terhadap materi yang hendak ditulis. jika benar-benar memahami materi dengan
baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata.
referensi :
http://aromblog.blogspot.com/2011/10/makalah-bahasa-indonesia-kerangka.html
siimungil.wordpress.com/2010/11/29/outline-kerangka-karangan/
www.konsultasimenulisbuku.com/index.php?...menyusun-outline
staff.uny.ac.id/.../PEMILIHAN%20TOPIK%20DAN%20PENGEMBANGAN%20OUT